8/28/2007

Thank's God...For Everything...

Awal bulan Agustus 2007, tepatnya hari selasa 07/08/07 natijah yang aku nantikan akhirnya keluar juga. Nilai akhir atas usaha belajarku selama setahun kemarin. Dan ternyata, aku haru mengulang sejarah tahun lalu. Bahwa aku masih belum bisa melanjutkan ke tingkat selanjutnya. Shock!!!tentu saja. Karena dibanding taun pertama, aku ngerasa lebih berusaha sekarang. Dan yang jelas, tak ingin masuk ke lubang yang sama. Namun ternyata ada ketentuan lain yang harus aku terima. Yah...mungkin memang aku harus lebih rajin lagi. Tidak merasa cukup dengan ketekunan yang aku lakukan selama setaun kemarin.

Saat itu juga aku langsung sms ke ortu memberitahukan hasil ujianku."Ass.Pak,ngapunten.Taun ini kulo ngulang maleh.Nilai baru turun.Ngapunten,kulo namung saget nyuwun ngapunten.Nggak bisa memberikan yang terbaik". Balasan dari ortu sempet bikin aku bingung dan bertanya-tanya."Bapak/Ibu tidak terlalu merisaukan nilai.Yang penting Laily sudah usaha.Apa rencana mbak selanjutnya?".

Kalimat terakhir yang membuat aku bertanya-tanya. Maksud rencana selanjutnya itu apa??Apa mungkin ortu menghendaki aku untuk pulang??Ataukah ada maksud lain??. Agar tak terjadi misunderstanding, aku telphon ke ortu saat itu juga. Dan ternyata benar. Ortu punya tawaran untukku. Tawaran untuk pindah kuliah di Indo. Tawaran itu muncul atas pertimbangan ortu yang mengkhawatirkan aku. Ortu khawatir aku terbebani kuliah disini. Karena ternyata sampai dua kali aku masih belum bisa lolos.

Dengan mantap aku jawab tawaran ortuku "Kalo bapak ibu masih memberikan restu untuk kelanjutan study saya disini, insyaallah saya nggak akan mundur. Saya masih punya semangat untuk terus belajar disini. Hanya restu bapak ibu yang saya harapkan". Dan bapak pun menjawab dengan tanpa ragu "Itu yang bapak harapkan". Ibu juga turut memberikan dorongan semangat padaku, "Nggak usah bilang Mbak nggak bisa memberikan yang terbaik buat bapak ibu. Semangat Mbak untuk terus belajar, itu sudah pemberian yang terbaik yang Mbak berikan. Bapak ibu nggak bisa memberikan apa2, cuma bisa memberikan kesempatan belajar yang seluas2nya buat Mbak".

Ya Robb...anugerah apalagi yang belum Kau curahkan pada hamba-Mu ini ?? Hanya hamba yang tidak mampu untuk mensyukuri segala nikmat dan anugerah-Mu.
Bapak Ibu adalah penyemangat paling ampuh buatku. Beliau berdua tak pernah henti untuk terus memberikan support. Ya Allah...aku tak tau harus menghaturkan do'a apa untuk kedua orang tuaku yang begitu besar jasanya. Hanya dengan selaksa rahmat-Mu, berikan balasan yang terindah untuk keduanya Ya Robb...

Malam itu juga, aku melakukan muhasabah atas diri. Muhasabah untuk segala hal yang kurang dalam usahaku selama ini. Dan aku menemukan beberapa point yang menjadi titik kelemahanku. Insyaallah, dalam setahun kedepan aku perbaiki. Dan tentu saja, tak ada waktu untuk menyesali semua yang telah terjadi. Mulai detik ini hingga nanti, lakukan yang terbaik sebagai ganti atas kegagalan2 yang telah lalu.

8/03/2007

Dermaga itu.....

Aku pernah baca novel judulnya "Peta yang Retak" karya EM Ali. Ada beberapa baris kata semacam sajak yg sangat aku suka, dan pernah juga aku masukkan ke cerpen perdanaku. Isinya gini....

Usai kepergian, ada yg terbawa
Setangkup hasrat melukai
Dijalan ini tersisa kenang
Dan tergarit dalam nganga

Apakah rasa yg terrenggut perlu dinamai ?

Pertemuan usai, perpisahan mengikuti
Begitu banyak orang datang dan pergi dalam hidup, tanpa bisa diterka dan dihentikan
Dan kita adalah dermaga bagi perahu-perahu jiwa yg lain
Ada yg bertahun-tahun melempar sauh dan merapat didermaga tapi tidak menggoreskan apa-apa kecuali sedikit saja
Namun ada yg sekilas singgah
Tapi goresannya dikanvas hati adalah nuansa warna-warni yg memperkaya hidup
Pahatan-pahatannya merupakan bongkahan sejarah yg akan slalu dikenang

Apakah salah kalau aku menamai ini cinta ?

Aku mengibaratkan perjalanan hidupku sebagai sebuah perahu yg berlayar mengarungi samudera. Mencari dermaga untuk berlabuh.
Ada beberapa dermaga yg pernah mencoba kujadikan tempat bersandar. Ada yg cukup lama, ada pula yg hanya sesaat. Namun ternyata, slalu ada batas waktu yg membuatku harus kembali mengarungi samudera. Dan aku kembali berlayar, mengarungi samudera, melewati teriknya mentari, menikmati indahnya purnama, menghirup segarnya angin sepoi beraroma bahari. Tak jarang pula badai menerjang perahu dan memporak-porandakannya. Dan dengan segenap kekuatan ia kembali bangakit, melawan ombak. Dan kembali berlayar dengan semangat yg lebih kuat.
Terkadang juga ada rasa jenuh yg tiba-tiba datang. Lelah mengarungi samudera. Ingin segera berlabuh. Dan tak semudah membalikkan telapak tangan jika aku ingin berlabuh. Banyak hal yg harus aku pertimbangkan dalam memilih dermaga akhirku. Sok idealis, itu memang yg aku lakukan. Tapi aku tak tahu lagi harus bagaimana ??!!