7/07/2007

My Family

Dari kiri:
@ Ibu. Namanya Qurrotien, biasa dipanggil Bu Tien, ato panggilan kebesaran Bu Abu (title dari sang Master :D) beliau lahir di Jombang pada tanggal 5 Agustus ...(hiks...:(taunnya lupa!!ma'alisy bu...). Beliau adalah putri ketiga dari delapan bersaudara. Menempuh pendidikan sampai PGA (setingkat SLTA dulu). Kemudian dipersunting oleh sang arjuna. Dan kini telah lebih dari 20 taun mendampingi sang arjuna dan menganugerahinya 5 orang putra-putri yg mulai tumbuh dewasa.

Bisa dibilang Ibu tumbuh dalam keluarga yg berekonomi dibawah standar. Hingga untuk membiayai sekolahnya pun, Ibu harus berusaha sendiri. Hingga masa mudanya lebih banyak dihabiskan untuk belajar dan berwiraswasta. Selama menjadi istri sang Master, Ibu belajar banyak hal. Berbagai organisasi di desa di ikuti oleh Ibu. Dan sang Master juga turut mendukung aktifitas Ibu. Meskipun aktif di luar, kewajiban beliau sebagai ibu rumah tangga tidak pernah terabaikan. Karena beliau tidak akan pernah meninggalkan rumah sebelum semua urusan dalam keluarga selesai.

Aku banyak belajar tentang arti kesabaran lewat Ibu. Saat sang Master berada dalam segala kondisi, Ibu slalu mendampingi dengan ketelatenan dan kesabarannya. Hanya denganku Ibu terbiasa berbagi. Dalam beberapa hal yg bersifat urgent saja beliau tidak berbagi denganku. Ibu adalah sosok menantu yg begitu sabar merawat mertua yg telah lanjut usia. Hingga secara tulus terucap do'a, semoga menantumu kelak membalas ketulusan ibu.

Yang pasti aku bangga telah lahir dari rahim beliau. Dan dengan segala kemampuanku, akan aku persembahkan sesuatu yang bisa membuat Ibu bangga telah melahirkan aku.


@ Putra kedua. Adi Mahardika Rahman.Lahir di Banyuwangi, 22 Agustus 1986. Sekarang masih nyantri di salah satu Pesantren Qur'an di Malang. Dia memilih jalur yang berbeda dengan sodara2nya yg lain. Pendidikan formal hanya dia tempuh sampai SLTP, itupun dengan mengikuti ujian persamaan. SLTA dia jalani cuma 3 bulan. Nggak cocok, nggak betah itu alasannya. Banyak kisah tentang dia yg begitu menguji kesabaran ortu dan kakak satu2nya (aku). Namun dengan penuh kasih sayang dan kesabaran yang tak terhingga, kami saling menguatkan untuk terus mendampinginya dalam melewati proses kematangan dirinya (huuuu....sok udah matang gitu :D). Dan kini...dia telah tumbuh makin dewasa. Dhe'...mari kita melangkah berjuang bersama untuk mewujudkan cita Nanang dan bapak. Tunggu mbak ya....


@ Putri ketiga. Nurul Faizah. Biasa dipanggil Izah. Lahir di Banyuwangi, 22 Maret 1989. Sekarang sedang menempuh study di Madrasah Mu'allimin Mu'allimat Atas Bahrul Ulum Tambakberas Jombang. Masih kelas IV. Dia slalu manja kalo berada ditengah2 keluarga, bersaing dengan si bungsu. Tapi diantara temen2nya, dia lebih dikenal sebagai sosok yg dewasa dan bijak. Cuek dan terkesan judes. Namun sebenarnya dia ramah dan suka ngocol.

Dia sering merasa tidak pede jika menghadapi suatu hal yg baru. Dan aku sebagai satu2nya mbak, slalu menjadi motivator paling ampuh. Aku ingat dulu, saat aku sedang mengikuti test masuk Universitas di Malang. Aku bela2in bolak-balik Jombang-Malang hanya untuk menemaninya belajar untuk masuk test di MMA. Padahal kalo ukuran kemampuan IQ, dia jauh diatasku. Terbukti saat pembagian raport semester 1 di MMA (dia diterima di kelas dua MMA), dia masuk peringkat tiga besar. Prestasi yg tidak pernah aku dapatkan selama aku menjalani study disana. Dan kini, aku juga sedang dalam proyek memotivasinya untuk melanjutkan study yg lebih baik dari aku. Dhe'...banyak tugas yg harus kita laksanakan saat study formal kita usai. Tetep semangat ya !!!


@ Si Bungsu. Wahyu Maghfuri. Saat ini sedang menempuh study kelas akhir di Madrasah Ibtida'iyah Darussalam I Kalipuro. Sifatnya hampir sama dengan sifatku. Aktif, kreatif dan kritis. Kalo sodara2nya sedang liburan, dia slalu jadi bahan godaan. Kalo nggak nangis, nggak ada yg berhenti godain bungsu. Dan ibu hanya bisa tersenyum sambil geleng2 kepala. Dia nggak pernah mau ketinggalan mode. Slalu ingin tampil beda.Ad_wahyu01_1

Slalu saja ada kisah2nya yg unik dan menggelikan diceritakan saat sodara2nya liburan. Kisah tentang bungsu yg salah melafadzkan adzan di tempatnya ngaji. Pertanyaan2 konyol yg susah dijawab oleh bapak dan ibu, contohnya saat kita sekeluarga dalam sebuah perjalanan tiba2 dia nyeletuk " Bu...kalo bapak mati, Ibu nangis nggak ?? ", apa maksudnya nanya' kaya' gitu. Ato celetukan2nya yg lain, polos namun mengena.


Obrolan terakhir yg masih melekat dalam ingatanku adalah saat sehari sebelum keberangkatanku ke Negeri Musa. Sore itu, sambil menunggu adzan maghrib, aku mengajaknya jalan2 berdua. Kami ngobrol macam2. Kemudian tiba2 dia bertanya berapa usiaku. Dengan penuh tanda tanya aku jawab pertanyaannya " 21, napa le ? ", aku balik bertanya. Tidak ada jawaban, malah dia kembali bertanya " Mbak berapa taun di Mesir ? ".


" Ya...doakan cepet selesai. Kalo lancar belajarnya, 4 taun selesai. Napa ? ", aku kembali mengulang pertanyaanku. "Kalo 4 taun, berarti mbak selesai kuliah umur 25 ya...? ". Kembali dia mengajukan pertanyaan yg semestinya tidak perlu jawaban. Dan dengan sedikit penasaran aku kembali mengulang pertanyaanku " Iya...mang kenapa Dhe'...? ". " Mbak... di pelajaran IPS itu disebutkan usia menikah ideal untuk wanita itu usia 25. Jadi nanti kalo mbak udah selesai kuliah dan pulang, mbak langsung nikah ya...?! ".GUBRAAAKK....!!!!Aduh adekku sayaaaaang.....kirain mo ngomong apaan. Wajahnya innocent lagi. Nggak nyadar dia pernyataannya barusan langsung nohok gitu. Dhe'...dhe'....mbak aja lom kepikiran kesitu. Ini yg masih kelas 5 MI udah kesana. Emang akunya yg telmi ato dia yg terlalu cerdas dan kritis ya ??!!.


Btw...dengan senyum terbijak aku jawab " Ya...doakan aja mbak bisa cepet selesai kuliahnya dan cepet ketemu jodohnya ". Hiks....padahal sampek sekarang mbakmu masih zombie dhe'...:((. Ups...masih ada waktu 2 taun dink. Kalo ngikutin omongan dia, masak aku nikah disini ?!. Usia 25 akukan lom selesai kuliah !!, tingkat satunya harus ngulang sih. Yah...jodoh kalo udah waktunya juga nggak bakal kemana. Taun ini dia mulai masuk pesantren di Jember. Masuk SLTP bareng ma masnya.

Masih terlalu dini kalo mbak ngingetin tanggung jawabmu kedepan dhe'. So...nikmati aja duniamu. Cari pengalaman seluas-luasnya. Mbak yakin kamu bisa memfilter smuanya dengan baik. Dari jauh mbak cuma bisa mendoakanmu.


@ Putra keempat. Rifqi Fakhruddin. Biasa di panggil Qiqi. Lahir di Banyuwangi, 21 September 1992 (kalo nggak salah taunnya sih!!). Sekarang sedang menempuh study di Jember. Kelas tiga MTsN. Dari usia 3 bulan, dia tidak tinggal bersama keluarga kami lagi. Dia dalam asuhan bu dhe, mbaknya bapak.

Namun kami, sodara2 kandungnya masih tetap perhatian dengan dia. Meski dalam asuhan bu dhe, tapi masa kecilnya nggak pernah lepas dari keluarga kandungnya. Saat aku masih nyantri di Blokagung, setiap aku liburan pasti dia datang kerumahku. Ikut menyambut kedatanganku layaknya adek2ku yg laen.

Sejak masih duduk di bangku MI, dia slalu mempertanyakan statusnya dalam keluarga bu dheku. Dengan mempertanyakan proses kelahiran dia, dimana lahirnya sampai akte kelahirannya. Dengan kelabakan bu dhe menanyakan pada ibu gimana waktu melahirkan dia dulu. Kita sekeluarga cuma bisa tertawa menyaksikan kebingungan bu dhe dan kecerdasan adhekku. Pernah dia melihat foto masnya;Adi waktu kecil. Dia heran dan nyeletuk


" Mas, ini fotonya Qiqi ya?! perasaan Qiqi nggak pernah punya baju gini ?!! ", Sambil tersenyum Adi menimpali, " Masak itu bukan foto Qiqi ?! mirip nggak ma Qiqi ??!! ".

Kami yg mendengar obrolan itu ikut tersenyum. Memang, masa kecil Adi wajahnya adalah Qiqi sekarang. Nggak ada perbedaan sama sekali. Wahyu yg ngerasa beda langsung nyeletuk " Iya mas Qiqi...ini foto sampean!!mirip gini ".

Banyak kisah mengharukan tentang bagaimana Qiqi bisa teryakinkan bahwa dia adalah anggota kandung keluarga besar kami. Foto keluarga itupun satu2nya yg paling lengkap. Biasanya kalo ada acara2 keluarga, tiap kali foto keluarga dia slalu ikut keluarga bu dheku, bukan keluargaku.

Dalam bidang akademik, dia begitu cemerlang. Di bangku MI dia slalu mendapatkan peringkat satu. Dibangku MTs pun seperti itu. Bahkan dia sering mengikuti olimpiade matematika delegasi dari almamaternya.

Taun ini dia masuk SLTA. Kabar terakhir kemungkinan dia akan melanjutkan study di MAN PK Jember. Kemaren saat emak meninggal, cuma dia yg tidak diberi kabar. Takut konsentrasinya terganggu, karena beberapa hari kemudian dia harus menjalani UAN.

Saat keberangkatanku ke Negeri Musa, dia juga maksa ikut ke Jombang turut melepaskan kepergianku. Padahal selang 4 hari kemudian dia harus menjalani ujian di sekolahnya. Bu dhe dan ortuku pun nggak bisa mencegah keinginannya.

Saat ini, dia sudah benar2 tau dan yakin kalo dia adalah putra ke-4 keluarga besar kami. Dari awal, bapak dan ibu selalu menekankan pada kami sodara2 kandungnya untuk slalu memberikan perhatian ke dia. Agar saat dia tau yg sebenarnya nanti, dia tidak akan merasa terbuang dari keluarga kami. Dia adalah adikku. Adik kandungku. Dan sejauh apapun terpisahkan, pastikan slalu kembali. Dalam rengkuhan hangat keluarga kami.

Lukislah dalam kanvas hidupmu, segala warna yang terindah dalam dirimu. Mbak disini, juga slalu mendoakan yg terbaik untukmu.

@ Putri Sulung. Laily Qomariyah. Lahir di Banyuwangi, 28 Desember 1984. Sekarang3483847623856l_1 sedang menempuh study di Faculty of Theologi Al Azhar Univercity. Apalagi ya yg mo dikisahkan. Ya...inilah aku. Yang mencoba berkarya dengan segala kemampuan yg ada. Berusaha mewujudkan cita Bapak dan Nanang. Selalu berusaha menjadi figur dihadapan adek2 dan masyarakat sekitar. Meski sebenarnya agak ancur :D. Banyak kisah tentang diriku. Dalam kesempatan lain aja dech nulisnya...Langsung menuju the last.The Master in Our Family :D

@ Sang Master. Abu Mansur, bertitle BcHk dari Fakultas Hukum di Universitas Darul Ulum Jombang. Saat menempuh study disanalah beliau bertemu dengan Bunda tercinta. Berbagai versi dari sodara2 Ibu yg mengisahkan pertemuan Ibu dengan Bapak. Dari Bapak Ibu sendiri tidak ada yg beliau berdua kisahkan. So...aku nggak tau yg bener mana.

Bapak adalah putra bungsu dan satu2nya laki-laki dari pasangan H. Muhammad Ilyas (alm) dan Hj. Siti Maryam (almh). Jumlah sodaranya secara keseluruhan aku kurang tau, yg pasti sekarang yg masih hidup ada 4: Dhe Badriyah, Dhe Shalihah, Dhe Salmah dan Dhe Isti'anah. Diantara sodara2nya, beliau yg menempuh pendidikan formal paling tinggi.

Daripada dengan Ibu, aku lebih dekat dengan Bapak. Karena sifat Bapak banyak yg menurun padaku. Pada beliau aku sering curhat tentang berbagai problem yg aku jalani. Tapi hanya seputar problem organisasi ato study. Kalo masalah hati....hehehe :D malu mo cerita.


Beliau adalah figur bagiku. Hingga secara otomatis, saat aku ngobrol dengan dua personel triple angel yg laen masalah calon pendamping hidup, figurku adalah sosok beliau.Bb_chayank

Setelah menyunting sang bidadari Jombang (cieeee...!!!), Beliau turut membiayai study adik2 ibu yg belum selesai studynya. Ibu yg benar2 gagap masalah organisasi di up grade oleh beliau. Mulai nol. Hingga kini, saat posisi ibu benar2 aktif dibeberapa organisasi, beliau tidak pernah mempermasalahkan. Bahkan turut membantu dalam problem2 organisasi Ibu.

Perjalanan karir beliau begitu berliku-liku. Setelah menyunting sang Bunda, beliau mengajar di beberapa sekolah. Aku kurang tau pasti sekolah mana. Pernah juga beliau jadi sopir angkutan umum. Aku ingat saat2 itu. Aku masih duduk di bangku TK, adekku masih satu;Adi.

Tiap pulang kerja, beliau pasti membelikan kami kaset anak2. Yang paling aku ingat adalah kasetnya Melissa "Abang tukang bakso", trus kasetnya Ria Enes dan bonekanya Susan. Pernah juga beliau membuka usaha dirumah bikin krupuk, pembuatan tembakau dan usaha2 yg lain. Kemudian sejak taun 1992, beliau mulai bergabung ke salah satu partai politik. Saat itu, aku begitu kagum melihat beliau yg sedang berorasi saat musim kampanye. Aku sering ikut beliau kampanye di berbagai tempat di kotaku. Hingga tanpa sadar, terpatri dalam imajikuSuatu saat nanti, aku akan menggantikan posisi beliau di atas panggung sana.

Pada PEMILU 1992, beliau terpilih masuk jajaran anggota DPRD. Mulai saat itu beliau amat sangat jarang berada dirumah. Sering dinas keluar kota selama beberapa hari. Tapi yang pasti, perhatian beliau terhadap keluarga tidak pernah berkurang. Jika beliau pulang dari kantor, hal yg pertama ditanyakan adalah: apakah putra-putrinya sudah makan. Hingga Ibu slalu melarang kita keluar rumah sebelum Bapak pulang dari kantor.

Biarpun jarang dirumah, Bapak tetap memperhatikan kebutuhan putra-putrinya. Saat aku duduk di bangku kelas VI MI, aku dibelikan sepeda federal oleh beliau. Dan suatu hari, secara tidak sengaja saat aku pulang sekolah sambil menaiki sepeda itu, bapak membuntuti dibelakangku. Beliau baru pulang dari kantor juga. Nggak tau kenapa, beliau tiba2 berkata " Wah...Mbak, udah gede ya pean. Nyampek gitu kakinya ke pedalnya ", mungkin ucapan bapak itu nggak bermaksud apa2. Tapi dasarnya aku yg saat itu agak ngerasa Bapak kurang merhatikan keluarga. Aku sempet hampir nangis. Hiks...ternyata Bapak baru sadar kalo anaknya udah gede. Engkau terlalu sibuk Pak...tak menyadari gadis kecilmu dulu telah beranjak dewasa dan butuh perhatian lebih.

Lulus MI, aku dikirim ke pesantren di Banyuwangi bagian selatan. Secara otomatis, komunikasi dengan beliau semakin jarang. Setiap kali aku telpon kerumah, jarang sekali beliau ada dirumah. Waktu temen2 dijenguk keluarga tiap Ahad Legi, beliau jarang juga datang. Seringnya malah titip pada orang tua tetanggaku. Aku bener2 ngerasa ngenes saat itu. Saat liburan pondok, yg jemput aku sodara sepupu. Sampek rumah malem, ketemu beliau cuma salaman cium tangan beliau. Setelah itu masuk kamar istirahat. Dan ke esokan harinya, aku hanya bisa memandang kepergian beliau untuk dinas ke luar kota sampai beberapa hari.

Puncaknya saat aku kelas III MTs. Selama 3 bulan aku tidak pernah di jenguk oleh beliau. Saking kangennya, aku beranikan diri untuk telpon rumah dan minta beliau tuk jengukin aku besok. Beliau menyanggupi. Jam 10 pagi aku disuruh nunggu di gerbang depan pondok. Dan Bapak menepati ucapannya. Beliau datang jenguk aku. Tapi hanya sesaat. Aku cuma bisa mencium tangan beliau. Beliau mengangsurkan oleh2 pesenanku. Setelah itu....beliau langsung pamit. Aku yg nggak sanggup berkata apa2 hanya bisa menangis menatap kepergian beliau. Dan hanya mampu berbisik " Bapak...aku kangen ":((. Selama seharian itu aku langsung menyendiri ditempat biasa. Tempat aku merenung saat kerinduan terhadap keluarga begitu kuat. Dijemuran. Dan akupun mulai meyakinkan diri. Bahwa Bapak, sekarang adalah bukan hanya milik keluarga. Beliau adalah milik masyarakat. Beliau juga dibutuhkan dimasyarakat. Kesibukan beliau di politik sampai aku lulus MTs. Saat aku melanjutkan study di Jombang, beliau sudah lepas dari politik dan memilih berwiraswasta. Dan mulai saat itulah timbul keinginan dalam hatiku. Aku ingin dekat dengan beliau. Setiap hal, sekecil apapun aku slalu berusaha melibatkan beliau dalam tiap pengambilan keputusan atau masukan2 yg laen. Bukan untuk bermanja. Tapi memulai komunikasi. Hingga akhirnya....keterbukaan itu bukan cuma jadi milikku dan Bapak. Tapi adek2ku juga aku dekatkan pada beliau. Aku nggak ingin adek2ku pernah merasakan kehilangan figur seorang Bapak.


Sekarang, Bapak lebih aktif dalam kegiatan2 di desaku. Kepanitiaan hari2 besar Islam, Panitia BAZIS Masjid, atopun aktifitas sosial kemasyarakatan yg laen. Proyek terbesar beliau adalah meneruskan cita-cita Nanang. Bapak beliau memberikan amanat, yaitu pengelolaan tanah yg diwakafkan untuk lahan pendidikan. Saat ini, diatas tanah itu baru dibangun Madrasah Tsanawiyah dan Musholla tempat TPQ. Madrasah Tsanawiyah bergabung dengan Madrasah Ibtida'iyah dalam satu yayasan. TK juga masuk didalamnya. Dan ketua yayasan dipegang oleh beliau. Diatas tanah itu pula, Nanang dan Emak beristirahat untuk selama-lamanya.


Pernah suatu kali beliau mengungkapkan cita2nya. " Mbak...Bapak ingin 2010 nantinya, di atas tanah ini juga didirikan Madrasah Aliyah ". Dalam hati aku mengamini sekaligus berikrar, ingin mewujudkan cita2 beliau.


Dan keberadaanku di Negeri Musa ini, adalah salah satu jalan untuk mewujudkan cita2 beliau.
Itulah profil keluargaku. Dengan berbagai warna yang menghias lembaran kisah masing2. Problematika dalam keluarga bagiku menjadi suatu perekat keharmonisan dalam keluarga besarku.
Bapak...Ibu...tunggu kami, putra-putrimu mempersembahkan anugerah terindah.

1 komentar:

Anonim mengatakan...

waduh...kalo aq cewe paling bacanya sambil nangis...terharu...hiks2. sama2 doain yah...