12/12/2007

Para Pecinta Kata

Sore tadi, aku mengikuti acara Pelatihan Filologi dan Kajian Naskah Keagamaan Nusantara. Disana aku dapet banyak hal yang sama sekali nggak pernah aku ketahui. Bersyukur banget aku bisa ngikutin kegiatan itu. Meski berangkat hanya berpedoman sedikit prolog yang disampaikan lewat milist PCI NU Mesir tentang sejarah hubungan ulama'-ulama' Nusantara dengan tokoh-tokoh Islam di Haramayn (Makkah dan Madinah) kemudian sedikit membahas juga tentang keberadaan manuskrip-manuskrip atau naskah kuno yang berisi berbagai disiplin ilmu-ilmu Islam seperti Hadits, Fikih, Tasawuf dan sebagainya. Dan ternyata ketika mengikuti secara penuh presentasi yang disampaikan oleh Dr. Oman Fathurrahman seorang peneliti dibidang manuskrip atau naskah-naskah kuno sejarah Islam Nusantara, aku mendapatkan banyak hal yang bagiku sangat luar biasa.

Tentang bagaimana proses penyebaran Islam sampai ke Nusantara, tentang bagaimana ulama'-ulama' Nusantara menciptakan sebuah karya yang dikemudian hari ternyata menjadi sebuah khazanah keislaman yang sangat berharga. Juga tentang bagaimana kemudian nasib khazanah-khazanah karya ulama'-ulama' Nusantara tersebut ditangan para generasinya.

Amat disayangkan memang, jika generasi seterusnya ternyata tidak terlalu memahami bagaimana berharganya sebuah karya kuno atau manuskrip yang notabene itu merupakan kekayaan intelektual hasil karya putra-putra Nusantara.

Seperti fakta yang telah ditunjukkan oleh Dr. Oman Fathurahman yang menunjukkan sebuah surau tua yang ternyata menyimpan puluhan bahkan ratusan manuskrip yang sangat berharga dan kemudian hancur karena surau tua tersebut runtuh lapuk dimakan usia. Begitu juga tempat penyimpanan dokumen-dokumen berharga di Aceh yang juga tak dapat diselamatkan karena bencana tsunami pada akhir taun 2004 lalu. Bahkan ada seseorang yang menyimpan rapi manuskrip-manuskrip kuno itu dengan mengikat tumpukan-tumpukan naskah kuno tersebut, dan menyimpannya didalam almari bersama barang-barang kuno lain yang dianggap kramat. Sungguh amat disayangkan jika khazanah intelektual dan sejarah keislaman Nusantara berada ditangan orang-orang yang tidak paham bagaimana merawat dan melestarikannya. Apalagi sampai menjadikan bukti-bukti bersejarah tersebut menjadi sesuatu yang keramat dan memiliki berkah.

Beruntung negeri kita masih memiliki sosok seperti Dr. Oman Fathurahman dan rekan2nya yang begitu cinta dengan kata (filologi). Dan kecintaan beliau-beliau para ahli filologi itu benar-benar membukakan mata kita (khususnya aku) bahwa khazanah keislaman Nusantara benar-benar begitu kaya.
___________________

*sekedar nulis dikit apa yang didapat dari ngikutin seminar tadi, dan mohon maaf kalo ada yang salah*

2 komentar:

Anonim mengatakan...

waaaaaaaaaaaa aku menunggu momen iniiiiiiiiii... di leiden kok ngga ada??? aku sedang tergila2 dengan naskah arab melayuuu... hiks...

Oman Fathurahman mengatakan...

Duuhh betapa nikmatnya kalau kerja kerasku diapresiasi orang lain! semoga memang bermanfaat....